Jumat, 19 November 2010

Seandainya aku disuruh memilih untuk jatuh cinta atau patah hati, aku tidak akan memilih keduanya. Semuanya semu tapi sakitnya nyata. Itu yang aku alami sekarang. Aku sudah berusaha untuk tidak jatuh cinta, tapi tiupan indah itu terus menembus hatiku, dan aku tak kuasa untuk menghindarinya. Beberapa waktu yang lalu aku merasakan sakit atas apa yang sudah aku rasakan yaitu jatuh cinta. Aku membentuk harapan, angan dan semua khayalku pada kekasihku. Semua berjalan dengan baik, sangat indah.. Dan aku merasa dialah yang terkhir. Namun semua itu berakhir tanpa aku tahu sebabnya, semua benar-benar kacau, semua harapan yang aku bentuk lalu lalang tak tahu kemana, aku seperti orang bodoh yang menangisi sesuatu yang telah terjadi akibat salahku sendiri. Aku berusaha bangkit dan menunjukkan kalau aku tetap ada meski cintanya sudah tak ada. Aku bahagia menjalani kesendirianku tanpa dia. Aku mempunyai banyak teman yang selalu membariku motivasi, aku kembali tenang, kehidupanku kembali seperti sedia kala, sebelum mengenal dia. Semua berjalan secara alami apa adanya. Hingga hari ini, Desember. Namun ada aku merasakan getaran yang begitu hebat. Aku tak mengerti tanganku mendingin, dadaku terus bergemuruh dan membuatku salah tingkah. Aku belum mengerti apa penyebabnya, mataku menerawang ke langit-langit koridor sekolah, tanpa sengaja aku menangkap sosok bermata teduh dan tenang. Tanganku mendingin lagi, dadaku bergemuruh dan membuatku tersenyum, aku berusaha sadar dan ketika aku sadar dia Mr Radit, guru bahasa Inggris baru di sekolahku. Apakah dia yang membuatku bergetar, apakah dia yang membuatku bergemuruh? Tuhan, apalagi ini???

0000oooo0000

“Kriiiiiiiiiiiiiiiing….” Suara jam itu membuatku membuka mata. Tak tahu mengapa aku semangat menghadapi hari ini, seolah semua tersenyum padaku, hah apa ini, kenapa aku senang sekali, dan ketika ku memejamkan mata senyum Mr Radit yang hadir di anganku. Aku langsung membuka mata, tanganku kembali mendingin dadaku bergemuruh ingin segera menemuinya. Aku berusaha menghilangkan fikiranku itu, aku langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Aku mendengar riuh suara anak-anak yang membicarakan guru baru itu,aku mengabaikan semua itu, aku tetap fokus pada semua yang sudah aku jalani sekarang, sendiri tanpa jatuh cinta. Ahhh… Tapi aku tak bisa, aku terus memikirkannya, aku terus mengingatnya,, kenapa? Sudah dua bulan belakangan ini aku terus mengingatnya. Hanya mengingatnya saja aku sudah bergetar, aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Aku tak tahan lagi aku berlari menuju kelas Bayu, sahabatku sejak kecil.

“Ada apa?” Tanya Bayu seolah sudah bisa membaca fikiranku.

“Gue nggak ngerti, gue ngerasa aneh setiap bertemu dia, bahkan Cuma mikirin

dia aja gue udah aneh.” Jelasku ngelantur.

“Siapa sih yang lo maksud?” Bayu penasaran.

“Mr Radit, gue suka dia.” Jawabku sambil menatap kosong.

“Apa??? Yang bener lo.” Bayu suka lebay kalau kaget.

Aku menganggukkan kepala sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku.

“Gue nggak ngerti kenapa gue bisa suka sama dia, gue udah berusaha buat nggak

Ngilangin ini semua tapi nihil.. Gue nggak bisa.”

“Lo serius, dia kan guru kita.” Ucap Bayu serius.

“Gue tahu Bay, tapi gue juga nggak bisa nolak rasa itu tumbuh sendiri, gue

kadang mikir apa mungkin? Tapi sakit banget kalau gue berusaha hilangin itu.” Jawabku panjang.

“Yah, gue Cuma bisa dukung lo, namanya perasaan nggak akan bisa dipaksa.” Bayu mengangkat bahu. Disela pembicaraan kita, tiba-tiba tanganku mendingin, aku langsung mencari dimana dia, dan tanpa sengaja mata kami bertatapan. Aku tersenyum padanya, begitu juga dia. Aku tak mengerti hatiku tenang jika dia tersenyum. Mata ku enggan melepaskannya.

“Woy!! Udah dong.” Bayu membuatku terkejut.

“Dia ganteng banget sih.” Kata ku masih tersenyum.

“Apa sih yang lo suka dari dia, biasa aja deh tu orang?” Bayu mengamatinya.

“Gue suka kacamatanya, matanya, wajahnya tutur katanya yang kalem

semuanya.” Jawabku sambil terus senyam-senyum.

“Iya deh iya yang lagi jatuh cinta.. Tapi Ches, lo udah siap? Selain patah hati, dia

itu guru lo sendiri, pikiran kita nggak sama.” Ucap Bayu serius.

“Huuh.. Gue juga mikir itu tapi sakit kalau gue mundur, gue bakal nunggu

Jawabannya, dengan mengamati dia setiap hari, yang jelas jatuh cinta yang gue

rasain ini nggak sama.” Jawabku lirih. Suara bel masuk berbunyi, cepet banget sih istirahatnya, aku langsung cepat-cepat meninggalkan Bayu, aku nggak boleh ketinggalan satu detik pun pelajaran Mr Radit, my handsome teacher. Tanganku langsung dingin dan dadaku bergemuruh,aduh semoga aku bisa mengendalikan perasaanku ini. Beliau masuk dengan tenangnya, semua terdiam, memang dia ganteng jadi semua kagum padanya. Aku semakin tak tahan untuk menahan senyum, aku senang sekali bisa bertemu dia.

“ Sebenarnya saya tidak mengajar di kelas ini, saya mengajar di kelas XI tapi Mr

Hilman memberiakan saya tugas untuk menggantikan beliau hari ini.” Jelasnya, .

Aku kecewa mendengarnya, jadi dia tidak mengajar di kelas ku ? “

Okey class now we learn about causative, You.. What’s your name?” Dia menunjukku dan mendekat kepadaku. Waw rasanya dunia ini hanya milikku, rasa kecewaku hilang, semua menyoraki ku.. tapi aku senang sekali seandainya aku sendiri aku akan bersorak kegirangan, haahaha… Aku senang sekali,,, Tapi ini di kelas jadi aku hanya senyum nggak penting.

“Me..? My name is Chasandra Resyanindya.”

“Cuma Chesy aja nih yang ditanya namanya.. Lha kulo kok boten, mi name

Bejo.” Celetuk Bejo, temenku yang paling kocak dan selalu bikin gaduh kelas.

Semua bersorak, kelasku memang lebay semua dikasih sorakan, selalu rebut, dan nggak pernah sedih ataupun takut dengan guru yang killer sekalipun. Kalau ada guru baru, di ospek deh sama kita-kita.. Huh memang kelas aneh, tapi aku suka dengan kelas XII-B ini, anaknya lucu-lucu dan gokil, semuanya biasa sama sekali nggak mengenal kasta. Mr Radit hanya tersenyum tipis, dan kembali menatap

mataku

“Chasandra or Chesy?” Mr Radit bingung.

“Owh.. Just call me Chesy, what can I do for you?” Tanyaku aduh senyumnya, matanya, jantungku terus berdegup, tanganku semakin dingin.

“No, I just want to know your name.” Jawabnya sambil tersenyum. Apa… Dia hanya ingin tahu namaku, hah aku nggak nyangka, apa maksud dia.. Yang penting aku senang ditengah sorakan temen-temen ku.. Beliau menerangkan pelajaran dengan tenang. Hah kalau setiap hari seperti ini bahagianya aku. Huh aku semakin tak bisa mengontrol rasa sukaku, aku berusaha membuat pertanyaan dan aktif meski aku nggak begitu menguasai tata bahasa Inggris. Andai saja pelajaran bahasa Inggris ada setiap hari. Apa aku salah ya, apa aku konyol aku mencintai guruku sendiri, laki-laki berumur duapuluh tiga tahun, dan aku merasa sangat bahagia hanya melihat dia saja. Aku nggak mengerti, biar aja semua berjalan apa adanya… Semua tentang dia aku ceritakan ke Bayu. Aku senang dia selalu mendengar ku apapun situasinya.

“Kayaknya lo seneng banget.” Godanya

“Iyalah, gue tadikan di ajar Mr Radit my handsome teacher hahaha.”

“Baguslah kalau lo seneng, berarti lo udah bener-bener lupain Abi.” Ucapnya agak pelan. Bayu tahu banget perasaanku, tapi nggak tahu kenapa aku sama sekali nggak ada rasa dengan dia.

“But, sometimes I’m still thingking of him, huft.” Ucapku kita emang kebiasaan ngomong bahasa Inggris.

“I’m sorry because of me….”

“No, You’re not wrong, he is very possessive, and I dislike it.And I broke his

consentration in study.”

“But, he’s still hate me.” Bayu tambah serius.

“Kenapa bahas dia sih, mending sekarang lo gue traktir soalnya sekarang gue lagi

bahagia, Mr Radit Tanya nama gue.” Aku menggandengnya menuju kantin.

“Lo boleh pesen apa aja yang lo mau.” Lanjutku.

“Beneran, wah gue do’ain lo bahagia terus, biar lo bisa traktir gue tiap hari, jadi

uang saku gue utuh deh hahahaha.” Bayu emang paling seneng makan, apalagi kalau dibayarin, hah emang tu anak perutnya nggak pernah mati giling terus. Di kantin aku bertemu dengan Abi, dia sinis melihat kami berdua. Ye… Siapa sih dia dasar cowok posesif, aku tersenyum ceria padanya, seolah-olah diantara kita nggak pernah ada apa-apa. Sebenarnya aku masih suka sama dia, aku masih mengharapkan dia tapi kalau dia seperti itu aku juga nggak mau. Aku mengobrol dengan Bayu dengan santainya, nggak peduli kata orang yang ngatain kita pacaran atau apalah aku senang dengan Bayu, nyaman sama dia.

“Eh, temenmu si Ery itu udah punya pacar?” Tanyanya tiba-tiba.

Aku diam

“Belum, kenapa? Lo naksir ya…” Godaku.

“Nggak tahu, udahlah..” Jawabnya. Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala.

Cepet banget sih hari ini aku belum mau pulang aku masih pengen ngelihat wajah gantengnya Mr Radit. Huh aku nggak mengerti apa ini, kenapa aku sangat menyukai dia.. Di rumah aku hanya bisa melamun aku senang mengingatnya, aku senang melihatnya, tapi aku sering takut kalau aku nggak bisa mengendalikan perasaanku, aku nggak mau dia tahu, jangan sekarang. Aku membuka laptop lalu online. Aku melihat ternyata banyak banget permintaan teman, huh males juga kadang-kadang, banyak banget dan sebagian besar nggak aku kenal. Aku membuka fb temanku, aku langsung kaget nggak percaya tanganku mendingin, dadaku bergemuruh, aku melihat foto Mr Radit, dengan pdnya dia senyum sambil memegang kacamatanya. Uhh ganteng banget sih guruku ini. Aku langsung menambahkan dia sebagai teman. Huh aku nggak sabar aku pengen banget segera di confirm sama dia. Setelah menulis status yang sama dengan suasana hatiku sekarang, aku segera tidur hah aku nggak sabar pengen banget melihat senyum dia dan wajah gantengnya.

ooo000oooo

Suasana pagi ini cerah sekali, secerah hatiku yang mendapat sepercik harapan dari seseorang yang aku kagumi. Aku senyam senyum sendiri sepanjang koridor sekolah. Hah aku benar-benar senang, aku nggak peduli dia membalas cintaku atau nggak, yang penting sekarang aku senang. Tapi aku juga sudah siap kalau dia memang nggak membalas cintaku. Huft aku hanya bisa menarik nafas panjang karena memikirkan dia saja aku langsung bergetar.

“Morning Chasandra, thanks for the add.” Aku kaget, senyum ku yang mengembang langsung berubah, aku kelu tanganku mendingin aku memberanikan untuk menoleh ke sumber suara itu. Hah ternyata benar Mr Radit sekarang dia berjalan di sampingku, hah aku tak kuasa menahan senyum, bibirku langsung mengembang. Duuuh ganteng banget sih ni orang..

“Ohh.. You’re welcome.” Aku nggak tahu harus berkata apa lagi selain itu, aku benar-benar kelu kalau ada di dekatnya, aku benar-benar mencintai dia.

“Kamu sendirian?” Tanyanya memecah keheningan.

“Iya, saya selalu sendiri.” Jawabku sambil memamerkan senyum paling manis di depannya. Diam lagi, sesekali aku meliriknya uh ganteng banget sih ni orang senyum dan matanya itu lho..

“Hai Chesy….” Sapa cowok-cowok yang ada di depan kelas XII-A. Aku kaget dan spontan balik menyapa mereka dengan senyum pastinya…

“Duh senyumnya…” Celetuk salah satu dari mereka. Aku tak memperhatikannya aku hanya tersenyum sendirii.

“Terkenal juga ya kamu.” Dia berkata lagi.

“He.. Oh nggak juga, mereka saja yang berlebihan.” Aku tersenyum malu.

“Tapi kamu memang cantik.” Ucapnya… Apa…….? Dia bilang aku cantik, hah apa bener, Aaaaaaaaaa… Seandainya aku di sini sendirian aku bakal loncat kegirangan. Aku bersorak dalam hati, tapi aku berusaha menahan gejolak itu. Aku berhenti karena memang aku sudah dekat dengan kelasku. Aku menatapnya dengan tatapan penuh Tanya.

“Ahhh… Lupakan, okey enjoy with your class.” Ucapnya.

“Thanks.” Aku tersenyum lagi. Dia meninggalkanku di depan kelas, aku melihatnya, dari belakangpun dia terlihat tampan. Aku masuk kelas.

“Cieeeeeeeee…….” Suara anak-anak menyorakiku. Aku kaget setengah mati, gimana enggak separuh hatiku masih ikut dengannya. Seluruh konsentrasiku belum terkumpul di kelas.

“Sama Mr Radit ni ceritanya…..” Celetuk Ayu.

“Wah… Bentar lagi traktiran ni…” Tambah Dya.

“Apaan sih, kebetulan aja tadi ketemu.” Sanggahku..

“Alah kalau janjian juga nggak pa-pa kok..” Tambah Ery…. Di sambut sorakan anak-anak, aku duduk dengan muka merah tomat, huh…

“Wah, kalau lo sama Mr Radit, gue gimana donk Ches..” Tanya Bejo.

“Ah lo tuh nggak ada apa-apanya dibanding Mr Radit.” Sahut Arum

“Ah… Gue sama Mr Radit kan 1112 ya nggak Ches…?” Tanyanya

“Iya..” Jawabku agak malu.

“Senyum mu Ches,,, Ahhh membawa luka.” Semua tertawa… Menyoraki Bejo ada yang menjendul kepalanya dasar tuh anak, hah aku harus benar-benar bisa mengendalikan perasaanku, aku nggak mau mereka tahu binar-binar mataku yang menunjukkan kalau aku suka sama Mr Radit, ah nggak lebih tepatnya aku mencintainya. Aku paling benci perasaan ini, perasaan yang membuatku malas, perasaan yang membuatku susah berkonsentrsi, aku terus memikirkan dia, hari ini Jum’at, harusnya dia ada di jam terakhir. Tapi, tadi aku melihat Mr Hilman masuk, yah berarti Mr Radit nggak ngajar dong. Aku kecewa, konsentrasiku hilang lagi aku sama sekeli tak mngerti apa yang diterangkan bu Nia, apa sih morfologi ah aku nggak ngerti, yang aku pengen sekarang di ajar Mr Radit, kenapa sih harus kelas XI yang diajar bukannya kelas XII kok malah diajar sama guru yang bikin aku ngantuk dan bosan.

oooo0000oooo

Aku menghempaskan diri di kasur. Aku masih kecewa, karena Mr Radit nggak mengajar di kelasku, tapi nggak pa-pa.. Tadi pagi dia benar-benar mengejutkanku. Hmmm aku pengen senyum terus rasanya.. Aku mngeyun-ayunkan kakiku ke atas kegirangan, aku benar-benar senang. Aku membuka situs pertemanan yang lagi trend itu. Aku melihat statusnya.. Dia menulis “Senang”. Aku nggak tahu apa ini aku merasa GR aku merasa dia senang karena dia ketemu aku hari ini, GR banget kan…. Tapi aku benar-benar rasain ini. Belum sempat aku ngasih komentar, Bayu memanggilku dari bawah. Hah tuh anak nggak bisa lihat orang seneng apa. Aku membawa laptopku ke bawah, aku melihat Bayu sudah duduk dengan membawa segelas orange jus. Kebiasaan tuh anak, semua yang ada di dapur diambil.

“Ngapain lo?” Tanyanya.

“Gue lagi lihat status Mr Radit nih dia nulis ini, menurut lo maksudnya apa sih?” Tanyaku.

“Mmm,, mungkin lo kali yang dimaksud.” Katanya..

“Masa sih… wah senangnya…” Aku senyum-senyum sendiri.

“Lo seneng gue juga ikut seneng Ches.. Ngomong-ngomong Ery punya fb

nggak?” Tanyanya.

“Lo add sendiri deh..” Jawabku.

Aku menceritakan semua yang aku alami tadi ke Bayu… Semua aku ceritakan ke dia, karena emang dia yang mau dengerin ku. Dia juga Tanya-tanya masalah Ery padaku. Hah ternyata dia naksir Ery si imut mungil itu.

“Emang lo beneran suka sama dia?”

“Bukan suka lagi, gue cinta…”

“Tapi Ches, dia kan guru lo.. Apa mungkin..” Bayu serius.

“Huh… Gue juga nggak tahu Bay, tapi gue juga nggak tahu, gue bener-bener

harepin dia.” Aku menjawabnya dengan tatapan kosong.

“Yah, kalau itu emang mau lo, gue dukung lo seratus persen, kenapa lo nggak sms

dia aja, kayaknya kalau dilihat dari sikapnya, dia welcome sama lo.” Usul Bayu.

“Ah.. malu gue, kayaknya nggak sekarang deh.” Jawabku.

“Kenapa?” Tanya Bayu.

“Gue nggak mau dibilang agresif.” Jawabku tegas. Bayu hanya mengangkat bahu.

Aku kembali pada lamunanku. Omongan Bayu tadi ada benarnya juga, tapi aku juga nggak mau terlalu cepat, Mr Radit baru beberapa bulan mengajar di sekolahku. Aku nggak mau mengganggu proses adaptasinya, konsentrasinya, semuanya. Aku menyimpan nomornya yang aku dapat dari facebook. Tapi tetap saja aku nggak berani sms atau telfon dia. Aku menghapusnya lagi. Hah…. Ingat Chesy ingat… kamu sudah kelas tiga, kamu harus fokus sama belajar kamu, dan beasiswa kamu keluar negeri. Ingat itu Chesy… Jepang menunggu kamu. Aku berusaha tidak mengingatnya lagi, aku berusaha tidak mengingatnya lagi. Sudah cukup, sebentar lagi semester ganjil dan sebentar lagi ujian Nasional, dan kamu sebentar lagi mengikuti tes beasiswa luar negeri. Stop memikirkan dia, berhenti Chesy, sebelum semua terlambat. Aku menutup laptopku dan kembali belajar. Tapi tetap saja aku tak bisa konsentrasi, aku benar-benar kehilangan konsentrasiku, aku menutup buku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan-pelan. Aku benar-benar bigung, benar-benar bingung… yang ada difikiranku hanya dia dia dan dia, aku senang melihat dia, aku senang melihat dia tapi aku nggak bisa apa-apa. Kejadian tadi benar-benar bikin aku kepikiran lagi sama dia. Huh aku hanya bisa diam, aku hanya bisa memendam ini semua sambil menunggu jawaban dari dia. Jawaban? Aku aja nggak pernah bilang kalau aku suka sama dia, gimana dia bisa jawab. Aku memejamkan mataku.

000ooooooo00000

Kulajukan Nissan X-trail ku pelan. Aku tidak mau terjadi sesuatu hanya karena pikiran kosong ku ini. Hah Mr Radit bener-bener bikin aku jatuh cinta, hah aku cepat-cepat menggelengkan kepala. Aku melajukan mobilku sedikit cepat. Sampai di sekolah, aku mencari sosok indah itu, tapi nggak ada? Aku pengen banget kejadian Minggu kemarin terulang lagi, tapi itu semua hanya mimpi. Lagian mana mungkin Mr Radit suka sama anak SMA yang manja kayak aku. Aku sekarang hanya bisa menundukkan kepala. Aku nggak mempedulikan keadaan di sekitarku lagi. Aku larut dengan fikiranku sendiri. Hanya dia yang ada di fikiranku dia, dia, dan dia. Konyol sekali aku jatuh cinta sama orang yang bisa dibilang tidak mungkin mencintaiku. Aku sama sekali tak mengerti apa pelajaran hari ini. Aku ingin cepat-cepat istirahat.

“Teeeeet…….” Suara bel istirahat. Semua berhamburan keluar kelas.

“Mau kemana lo Ches?” Tanya Silla.

“Ke perpus.” Jawabku. Aku ingin menenangkan diri disana, sekaligus memperdalam kemampuan ku berbahasa Jepang. Aku menghentikan langkah. Siapa yang aku lihat, dia ada di sana. Mr Radit ada di sana? Tanganku dingin, dadaku bergemuruh aku cepat-cepat mencari buku yang aku butuhkan. Aku duduk tepat di depan dia. Aku berusaha berkonsentrasi dengan buku yang aku baca, tapi tetap nggak bisa, dia terlalu menarik untuk diabaikan. Sesekali aku meliriknya, aku sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Aku mencoba memelototi buku ku tapi tetap saja aku tak bisa memahami Hiragana Katakana dan kanji yang aduh susah banget dibacanya, untung tesnya bahasa Inggris. Aku membaca pelan-pelan apa yang ada di depan ku, huh tapi tetap tidak bisa, aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku beranjak dari tempat duduk ku, dan memutuskan membawa pulang buku itu, hah semoga nanti di rumah aku bisa belajar lagi. Aku berjalan menyusuri koridor sekolah.

“Kenapa kembali?” Tanya suara yang sudah tak asing lagi.

“Eh, Mr? Iya belajar di rumah saja.” Jawabku gugup, senang, dan senyum tentunya.

“Suka bahasa Jepang ya?” Tanyanya lagi.

“Oh, ini saya mau ikut beasiswa kuliah di Jepang, jadi ya harus mempelajari

bahasa Jepang.” Jawabku. Tanganku mulai hangat ini berarti aku sudah nggak gugup lagi.

“Wah, hebat kamu.” Tambahnya sambil tersenyum. Duh senyumnya itu lhow kayak pemeran Jun Sae di salah satu drama korea.

“Ah nggak juga.” Aku hanya bisa mengatakan itu. Diam sejenak. Kita berjalan menyusuri koridor sekolah. Ada yang aneh, ruang gurukan ada di sebelah kanan, kenapa orang ini ikut ke kiri. Aku memberanikan diri untuk bertanya.

“Mr, ruang gurukan belok kanan kenapa Mr belok kiri?” Tanyaku malu-malu.

“Oh tidak apa-apa daripada kamu jalan sendirian.” Jawabnya ringan. Hah?! Apa katanya… Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa….. Aku benar-benar melayang sekarang. Apa maksud dia ya,, apa dia juga merasakan hal yang sama sepertiku? Ah aku nggak tahu yang jelas aku senang sekarang, benar-benar senang, aku ingin teriak rasanya.

“Oya Chasandra, kamu Minggu besok ada acara?” Tanyanya sambil berlagak tidak memperhatikan.

“Nggak ada, memangnya kenapa?” Tanyaku berdebar-debar.

“Kalau saya tidak mengganggu belajar kamu,emm… Mau nggak jalan sama

saya?” Dia menghentikan langkah dan menatapku. Hah aku benar-benar melayang, aku benar-benar di atas angina, aku senang, aku bahagia, ah aku nggak tahu harus berkata apa, aku hanya ingin teriak kagirangan.

“Oh, nggak kok Mr nggak menggangu, iya saya mau.” Jawabku sambil nahan senyum yang sepertinya nggak sabar buat teriak. Sorakan anak-anak di kelas mulai terdengar, sudah beberapa hari ini Mr Radit dekat denganku, bisa kebayangkan, gimana mata para adik kelasku, yang menunjukkan amarahnya, karena merasa pangeran mereka direbut, peduli apa. Yang penting Mr Radit dekat sama aku. Aku jadi semangat menjalani hari-hari ku di sekolah. Aku menjadi konsentrasi pada pelajaran, sepertinya Mr Radit juga ngerasain apa yang aku rasain. Ah aku nggak tahan buat tersenyum terus, tapi aku juga nggak mau temen-temen satu kelasku tahu. Aku nggak sabar nunggu hari Minggu besok. Hmm… Rasanya hari ini dunia hanya milikku, milikku. Sebelum pulang sekolah aku menemui Bayu, aku ceritakan semua yang aku alami. Dia kaget, sudah kuduga itu.

“Kayaknya lo bakal lanjut sama dia.” Ujarnya

“Mudah-mudahan.” Jawabku sambil senyam-senyum.

“Tapi inget, traktiran buat gue.” Tambahnya.

“Iya-iya beres, lo nggak usah khawatir masalah itu.” Jawabku.

Aku langsung menuju kamar begitu sampai rumah. Aku melompat-lompat di atas tempat tidurku. Aku senang, senang benget. Hah besok Minggu, kurang tiga hari lagi. Aaaaaaaa………. Aku sudah nggak sabar,aaaaaa……. Aku senang. Aku jadi semangat lagi belajar. Aku mulai mempelajari buku yang aku pinjam dari perpustakaan tadi, sambil terus tersenyum senang.

0ooooo0

Waktu yang kunantikan tiba juga, Mr Radit akan menjemptku jam sepuluh nanti, hah aku bersiap sekarang. Ku mengenakan terusan model “kemben” motif polkadot selutut, aku padankan dengan sweater hitam yang tidak aku kancingkan, sepatu teplek, dan menguncir rambutku ke belakang atas. Aku hanya ber make-up tipis, supaya tetap terlihat alami. Hah jam sepuluh sebentar lagi. Aku menunggu di ruang tamu.

“Waw, anak papa mau kemana nih, kok kayaknya dandan banget?” Tanya pa-pa.

“Biasa pa, anak muda..” Jawabku asal.

“Paling mau kencan pa, punya gebetan baru to kamu?” Tanya mama.

“Emang mama tahu gebetan apa?” Tanyaku bercanda, soalnya aku udah mulai malu.

“Ya tahu lah, mama gitu lhoh.” Jawabnya. Aduh tambah tua kok tambah gaul sih mamaku ini. Aku mendengar suara mobil masuk ke halamn rumahku. Aku langsung berdiri, Mr Radit, tahu darimana dia rumahku, ah aku nggak mau tahu, yang jelas sekarang dia ada menjemputku. Aku keluar rumah, mama sama papa hanya mengintip dari jendela, mereka nggak mau mengganggu kecuali aku mengenalkan pada mereka lebih dulu. Aku kembali menatap Jun Sae Indonesia yang ada di depanku. Duh ganteng banget sih ni orang, penampilannya bener-bener nggak kayak guru. Aku hanya bisa tersenyum.

“Kamu cantik.” Aduh nih orang demen banget sih bikin aku GR, tapi aku seneng banget sih.

“Trimakasih, kita jalan sekarang?” Aku rasa sekarang pipiku seperti tomat. Mr Radit melajukan mobilnya santai, selama perjalanan kita hanya diam, mau ngomong apaan? Nggak tahu aku. Aku juga nggak tahu mau di bawa kemana? Aku masih penasaran darimana dia tahu alamat rumahku. Tapi aku malu, hah diam aja deh. Kalau dilihat dari jalurnya sih, kayaknya mau diajak nonton deh aku, aduh aku kan nggak begitu suka nonton di bioskop,aku lebih suka nonton DVD sendirian.

“Kamu suka nonton?” Tanyanya.

“Iya.” Aku berbohong. Nggak pa-pa lah demi Jun Sae ku ini. Diam lagi. Seperti biasa suasana bioskop yang nggak aku suka, gelap, pengap, hah.. Tapi sekali kali nggak apa-apa demi dia. Film mulai diputar. Aku memegangi popcorn. Aku tak begitu mengerti film ini. Aku hanya makan popcorn, dan bentar-bentar menguap, aku lebih suka belanja dan cuci mata lihatin barang-barang bagus. Tapi sekali lagi nggak apa-apa demi dia. Aku melihat Mr Radit serius banget lihat ni Film, aku aja nggak ngerti sama sekali maksud film ini apa? Aku lebih banyak menguap. Kesempatan aku bisa mandangin Mr Radit dari dekat, duh tambah ganteng aja sih Jun Sae versi Indonesia ini. Dia menoleh, aku langsung memasukkan segenggam popcorn ke mulutku saking gugupnya, sampai aku tersedak.

“Kamu nggak pa-pa?” Tanyanya sambil menyerahkan minuman padaku.

“Nggak apa-apa kok Mr.” Aku segera menelan popcorn ku, dan minum. Aduh malu-maluin banget sih kamu Ches, untung aja nggak ketahuan kalau kamu lagi lihatin dia. Hah.. Setelah nonton Mr Radit menyuruhku memilih tempat sesukaku. Jelas saja aku memilih mall. Dengan sabar dia menungguiku memilih sepatu, tas, pakaian, aksesoris .. Agak nggak enak juga sih, tapi aku kan udah nemenin dia nonton, padahal aku nggak suka. Mr Radit sempat menggeleng kepala melihat barang belanjaanku. Tapi senyum manisnya itu tetep ada, duhh… Aku mengajaknya ke outlet buku untuk membeli beberapa novel. Setelah seharian jalan, dia mengajakku makan.

“Kamu suka membaca?” Tanyanya sambil melahap beefsteak nya.

“Iya, tapi novel saja Mr?” Balasku.

“Saya lebih suka essay dan buku-buku non fiksi.” Wah pinter ni orang.

“Oya Mr tahu rumah saya darimana?” Tanyaku akhirnya.

“Kamu nggak perlu tahu, yang penting saya tahu.” Jawabnya sambil tertawa, aku juga ikut tertawa. Hah senangnya jalan sama Mr Radit, Jun Sae ku. Aku pulang dengan wajah cerah. Mama dan papa cuma tersenyum simpul melihat tingkahku. Aku menghempaskan diriku di tempat tidur. Aku senang, senang, senang, dan senang. Aku semakin nggak bisa ngelupain dia, aku semakin nggak siap buat ninggalin dia. Andai dia tahu perasaanku, andai dia tahu bahwa aku ada mengaguminya. Hah Bayu harus tahu ini. Aku memejamkan mata supaya besok nggak telat.

Akhirnya hari Senin tiba juga, hah aku nggak sabar mau cerita ke Bayu tentang semua. Aku semakin semangat ke sekolah, aku jadi bisa berkonsentrasi lagi. Aku menceritakan semuanya ke Bayu, dan sudah pasti dia kaget terus-terusan emang dasar lebay tuh anak, ganteng sih idola semua cewek, tapi kelakuannya itu, aduh kok bisa gitu cewek suka sama dia. Sekarang aku semangat menjalani hari-hariku, di sekolah atau di rumah, aku juga sering sms-san sama Mr Radit hah senangnya. Indahnya hidup ini. Tapi aku teringat, berarti aku harus siap sakit hati lagi. Huh, tapi nggak apa-apa lah, yang penting sekarang aku senang dengan keadaan ku sekarang. Hah nggak terasa hari ini UNAS, aduh aku semakin nggak siap buat ninggalin Mr Radit. Aku belum ngomong sama dia kalau aku suka sama dia. Dia juga belum ngomong maksud hatinya. Hah tapi aku harus konsentrasi.

“Gimana tes beasiswa lo?” Tanya Bayu.

“Stelah UNAS, hah kalau gue lolos, berarti gue bakal ninggalin Mr Radit dong.” Aku mendesah lesu.

“Hei, itukan cita-cita lo, jangan sampai semua yang lo inginkan lo buang gitu aja

Cuma gara-gara cowok.” Cerocos Bayu.

“Iya, iya, wah gue bakal kangen banget sama lo.” Godaku.

“Alah gombal lo, kalau udah sama si Jun Sae gadungan itu lo lupa sama gue.” Aku tertawa. Kita tertawa bersama.

0ooooooooo0

Waktu cepat sekali bergulir, aku sampai tak merasa kalau UNAS sudah di depan mata, semuanya panic, takut, karena selain UNAS tahun ini lebih cepat dari biasanya, standart kelulusan juga naik. Aku salah satunya, bingung nggak karuan. Meskipun aku sudah belajar, tetap saja aku gemetaran tapi gemetaran ini nggak separah kalau aku lagi sama dia. Karena ini semua aku jadi jarang bermain, jarang melakukan hal-hal yang nggak begitu penting, aku juga sedikit melupakan Mr Radit karena kesibukanku. Aku juga nggak bertanya-tanya kenapa akhir-akhir ini, dia ada tapi cepat sekali menghilang. Suasana tegang dan gugup mulai tampak di setiap mimik wajah teman-temanku termasuk juga aku. Hening. Semua serius mengerjakan dengan harapan lulus dengan nilai memuaskan. Aku sedikit tidak suka menghadapi situasi ini, membuatku tambah tegang saja. Aku sudah berusaha relax tapi kalau aku melihat teman-temanku yang terlihat saling mengalahkan aku jadi tak mau kalah. Hari pertama selesai, semua membahas yang telah dikerjakan tadi, kalau aku sih ogah buat apa yang sudah ya sudah, nggak usah dibahas lagi. Semua itu bisa merusak konsentrasi, yang harusnya digunakan untuk ujian selanjutnya. Hari kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Akhirnya selesai juga, semua lega tapi aku tetap saja belum lega, aku masih harus menghadapi satu ujian lagi. Dan menunggu pengumuman kelulusan. Huh, aku sekarang benar-benar larut dalam diriku sendiri. Aku sama sekali tak peduli dengan perasaanku, semua pergi begitu saja. Aku hanya berharap lulus, dan mendapat beasiswa itu. Semua tes telah ku lalui. Sekarang aku hanya bisa menunggu dan berdoa. Tapi sebelah hatiku merasakan lain, sepertinya kosong dan perlu diisi. Aku tak mengerti apa ini, perasaan yang berapi-api, perasaan yang nggak bisa ku bendung lagi. Aku merindukannya. Sudah hampir duabulan ini aku belum bicara sama dia. Bahkan dia nggak pernah mengirimiku sms motivasi lagi. Aku selalu mencarinya di sekolah tapi tak ada, kalaupun ada, pasti aku lagi sibuk dan tidak sempat bertegur sapa. Aku mulai larut dengan perasaanku lagi, bukan diriku. Aku ingin menghubunginya, tapi aku takut, aku takut menganggunya. Selama ini aku tak sadar kalau kita semakin menjauh. Hari berganti hari, aku dan dia semakin tidak jelas saja. Sikapnya waktu itu, benra-benar telah membuatku jatuh cinta sama dia, tapi kenapa sekarang mendadak berubah. Perasaanku tidak enak, aku berusaha menghilangkannya, dan terus berusaha berfikir positif, tapi gagal. Aku resah, kalau memang dia tidak menyukai aku, kenapa dia harus memperlakukan aku seprti itu, aku diistimewakan hingga aku menaruh harapan lebih padanya. Semua berlangsung sangat cepat, semakin aku diam dia juga diam, apa maksudnya. Sekarang kita juga jarang bertegur sapa lagi, aku berusaha menyapanya, tapi dia hanya memandangku sebelah mata. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu, sepertinya dia takut, tapi apa? Kenapa? Aku ingin tahu tapi aku tak punya hak untuk tahu. Aku semakin mencintai dia, tapi sampai sekarang dia tak tahu itu. Aku hanya bisa termenung selama di sekolah. Aku mencuci mukaku di wastafel toilet

“Eh tahu nggak sih, gue kemarin mergokin Mr Radit sama Bu Nadia loh..” Celetuk seorang cewek di toilet.

“Ah masa sih, dimana? Trus trus..?” Tanya temannya. Tanganku bergetar, entah mengapa tiba-tiba tanganku mengepal.

“Di mall, ya mereka gandengan tangan gitu deh, yah kalau gue lihat sih mereka

emang serasi.” Mereka cekikikan bersama dan bingung untuk menyebarkan gossip itu, aku tak tahan aku langsung lari dari toilet itu. Aku berlari ke Bayu, tangisku pecah. Sebenarnya aku nggak ingin melakukan ini, tapi tanpa di suruh cairan itu keluar sendiri.

“Lo kenapa?” Tanya Bayu, sambil mengusap air mataku.

“Mr Radit Bay,,,” Aku tak bisa melanjutkan kata-kataku.

“Ada apa sama dia?”

“Tadi gue denger kalau Mr Radit kemarin jalan sam bu Nadia di mall, gandengan

Tangan, jadi selama ini bukan gue aja yang diperlakukan seperti itu, tapi cewek

lain juga, gue sakit hati Bay, gue sakit.” Aku menceritakan semuanya.

“Ternyata lo baru denger berita itu, gue juga udah denger kok, tapi gue takut

ngomonginnya ke lo, gue takut lo nyangka kalau gue pengen gagalin hubungan

kalian, maaf.” Jelas Bayu. Aku hanya bisa menangis sekarang, aku sakit lagi kali ini lebih parah, aku belum sempat mengatakan perasaan ini, tapi aku sudah merasakan sakitnya, Selama ini aku salah mengartikan sikapnya, selama ini aku salah mengartikan kebaikannya, ternyata dia memberikan itu ke perempuan lain juga. Aku tak tahu harus bagaimana lagi, aku mengira kalau dia bisa membantuku melupakan Abi, yang sampai sekarang masih sering masuk pikiranku, meskipun itu jarang. Tapi nyatanya, sama saja. Aku tak bisa memilikinya, bagaimanapun Bu Nadia pasti lebih baik dariku. Besoknya, aku datang ke sekolah dengan tampan lesu, dengan mata lebam Bay uterus disampingku. Dia terus mengawasiku, dia selalu seperti itu kalau aku lagi ada masalah, karena aku sering lepas kontrol kalau lagi marah.

“Mbak Chasandra, dipanggil kepala sekolah sekarang.” Kata Pak Rustam, tiba-tiba, aku memicingkan mata, tapi aku malas bertanya aku hanya berkata iya, dan memberikan sedikit anggukan dan senyuman padanya. Aku dan Bayu menuju ruang kepala sekolah, Bayu menunggu diluar. Aku masuk ruangan yang beda banget suasananya. Pak Boris menyodorkan sebuah map padaku.

“Selamat ya, kamu memang pintar.” Ucapnya sambil tersenyum, apa maksudnya? Aku membuka map itu, ternyata disitu ditulis kalau aku diterima di universitas Tokyo, spontan aku tersenyum.

“Saya nggak nyangka kalau kamu bisa diterima di universitas terkenal itu.

Selamat ya..” Ucap beliau lagi.

“Iya, terimakasih pak.” Ucapku. Tak berlama lagi, aku keluar dari ruangan itu. Aku keluar dengan tampang murung, Bayu langsung menahut map yang ada ditanganku. Aku beranjak meninggalkan dia dengan tampang sedih,sebenarnya aku cekikikan. Bayu memanggilku dan mengejarku, dengan tampang gembira.

“Gue kirain lo kenapa? Wah lo emang hebat, selamat ya.. Nggak rugi gue selama

ini udah bimbing lo..” Candanya yang berhasil membuatku tersenyum.

“Tapi Bay, seandainya Mr Radit tahu ini, seandainya dia tahu kalau gue cinta

sama dia, gue rela nggak berangkat kalau dia larang.” Ucapanku itu keluar begitu saja.

“Mikirin apa sih lo, inikan impian lo sejak SMP. Universitas Tokyo, lo pengen

banget keluar negeri dengan ilmu, nah sekarang udah ada di depan mata, ngapain

lo masih mikirin tuh orang sih, nggak ada pentingnya tahu nggak.” Cerocos Bayu.

“Lo nggak boleh kayak gini Ches, lo sendiri kan yang bilang kalau cinta itu nggak

boleh buta, biar bisa bedain mana yang benar dan mana yang salah, tapi kenapa

sekarang lo kayak gini? Gue nggak suka ah..” Lanjutnya panjang lebar. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Aku menghela nafas panjang.

“Iya, bener juga lo.. Thanks ya Bay, lo emang sahabat gue yang paling baik.”

“Iya dong, Bayu Laksamana gitu loh…” Ucapnya bangga.

Aku semakin tak siap saja meninggalkan kota dan Negara ini, hari ini adalah hari pertama bulan Desember, dan hari ini aku akan terbang ke Tokyo. Huh papa yang nggak henti-hentinya menasihatiku, dan mama yang dari tadi menangis, entah terharu atau sedih. Aku memeluk mereka erat. Aku juga meneteskan air mata. Bayu juga memelukku. Tak lama kemudian aku pergi meninggalkan mereka, sebelum berangkat aku menulis pesan.

Aku tak tahu apa ini, semua terjadi begitu saja, aku tak tahu bagaimana melepas

semua ini, tapi kenapa rasa ini membuatku berbunga dan pedih? Apa dia tahu

jawabannya, kalau dia memang untukku akan ku jaga dia, tapi kalau dia bukan

untukku, biarlah rasa ini terus bermain dihatiku hingga dia lelah pudar dan

menghilang

Send to : Mr_Radit

Aku mengirim pesan itu sebelum aku benar-benar melupakan dia, itu sebagai ungkapan yang selama ini aku pendam, aku menaiki pesawat yang akan membawaku ke Tokyo. Aku mengehela nafas panjang, dan mulai bersiap untuk menghirup aroma musim dingin Tokyo.

Tokyo, hah akhirnya aku sampai juga di kota ini, kota yang aku impikan sejak dulu, kota besar tapi tak seluas Indonesia ini, banyak gedung-gedung tinggi yang hampir meyentuh langit, hawa dingin musim dingin yang sangat menusuk tulangku, Namun dadaku sudah tak sesak lagi sekarang. Sama dengan Jakarta yang selalu sibuk, dan tak pernah istirahat. Aku senang kota ini, aku senang. Meski sebelah hatiku masih kosong hingga sekarang, tapi aku mencoba untuk tidak peduli. Aku melewati gedung pencakar langit karya Kenzo Tange dan Ando Tadao. Huh aku masih tak percaya aku bisa manginjak kota ini. Suasana ini benar-benar membuatku tenang. Aku memutuskan untuk turun agak jauh dari apartemen yang akan aku tempati, aku ingin berjalan menikmati kota ini. Aku merapatkan jaketku, karena hawanya dingin sekali. Aku mengenakan jaket supertebal, sarung tangan, dan penutup kepala yang menutupi kepala dan telingaku. Aku juga memakai celana hitam, dan sepatu bots hitam. Hari sudah mulai gelap ketika aku sampai di apartemenku. Papa sengaja membelikan apartemen untukku, padahal pemerintah sudah menyediakannya. Tapi aku tak peduli. Aku menikmatinya. Apartemanku mempunyai satu kamar yang besar, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Semuanya minimalis, aku suka ini. Aku mengehempaskan tubuhku di atas tempat tidur, aku melihat Hp ku, Bayu mengirimiku fotonya dengan Ery, aku tertawa melihatnya, akhirnya mereka jadian juga. Hah aku sengaja berangkat lebih awal, agar aku bisa menikmati salju di Tokyo ini lebih lama. Di sini, liburan musim dingin dilakukan pada akhir Desember hingga awal Januari. Aku ingin sekali menikmati Tokyo, tapi semua itu sepertinya diangan-angan saja. Sudah tiga minggu ini aku sakit. Aku belum terbiasa dengan hawa di sini. Sangat dingin, beda dengan di Indonesia, karena aku anak beasiswa, aku mendapat tunjangan kesahatan. Setelah merasa benar-benar sehat, aku memutuskan untuk keluar dari apartemenku. Aku ingin menikmati keindahan kota Tokyo ini, semua berwarna putih karena tertutup salju. Tapi selama satuminggu terakhir waktu aku sakit salju tidak turun tapi tetap saja udaranya menusuk tulangku. Meski begitu aku tetap ingin menikmati Tokyo. Aku menaiki taksi yang berjalann lambat menuju Shiba. Aku melamun lagi. Tetap tidak ada balasan dari dia. Aku heran kenapa hatiku ini masih kosong padahal semua yang aku cita-citakan selama ini tercapai. Aku mengabaikannya. Aku memasuki sebuah restoran, yang pengunjungnya lumayan ramai. Kebanyakan remaja mungkin karena libur musim dingin sudah tiba. Pelayan menghampiriku. “Irasshaimase.. Go chuumon wa.” Kata si pelayan sambil menyerahkan daftar menu. Aku membacanya dengan sangat payah, yang aku tahu ada tulisan Sukiyaki dan tempura disana, aku memesan itu saja. Aku sama sekali nggak ngerti dengan tulisan lainnya.

“Sukiyaki to tempura o kudasai.” Jawabku, huh bahasa Jepangku belepotan banget.

“Onomimono wa.”

“Ocha to cola wo kudasai.”

“Ii desu ne.” Aku kurang mengerti dengan ucapan pelayan itu. Aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum bodoh. Memalukan.

“Kashikomarimashita.” Ucapnya lagi, aku semakin tidak mengerti. Aku tersenyum saja. Sambil menunggu pesanan datang aku celingukan melihat orang-orang bermata sipit yang makan dengan lahapnya. Mereka cepat sekali makannya. Hatiku berdesing lagi, bergetar lagi. Aneh kenapa sperti ini? Mr Radit kan nggak ada di sini? Aku melihat sekeliling. Tidak ada tanda-tanda dia sama sekali. Tapi kenapa aku masih bergetar. Lamunan dan kebingunganku itu sirna gara-gara rasa aneh Sukiyaki yang aku makan. Rasanya benar-benar aneh. Tapi aku sudah terlanjur pesan, mau tak mau aku harus memakannya. Tenpuranya lumayan, tapi tetap saja aneh di lidahku nggak seperti masakan mama. Setelah itu aku meneguk Ocha, uh pahit sekali. Aku heran mereka bisa meneguk dengan cepat, padahal panas dan pahit. Setelah cepat-cepat menghabiskan semuanya, aku membayar dan pergi, aku tidak tahu apa perutku bisa menerima makanan ini biasanya aku makan pedas tapi kali ini tidak. Aku ingin pergi ke Tokyo Tower. Aku ingin melihat Tokyo dari atas sana pasti indah aku melangkah keluar restoran untuk berjalan menuju tempat Tokyo Tower berada. Aneh kenapa aku bergetar lagi apa karena udaranya yang dingin, tapi tidak ini getaran yamg sama seperti dulu ketika aku masih SMA ketika aku masih mencintainya sebelum aaku tahu orang ayang aku cintai ternyata sudah menjadi milik orang lain. Tuhan… Aku ingin melupakan semua yang ada disana, aku ingin memulai hidup baruku tanpa angan tentang dia disini. Tapi sebelah hatiku tak mau untuk melakukan ini. Suara klakson mobil terdengar nyaring ditelingaku, tapi aku sama sekali tak menghiraukannya. Tapi aku merasa ada sorot lampu yang sangat tajam menyilaukan mataku. Aku menoleh sambil menutup sebelah mukaku, aku baru sadar kalau sekarang aku berada ditengah jalan, aku bingung harus berbuat apa? Kakiku lemas tak bisa digerakkan. Seseorang menarik lenganku dengan kasar dan membenamkanku dalam pelukannya. Mataku terbelalak kaget, jantungku berdegup kencang ketakutan. Aku tak menghiraukan siapa yang memelukku sekarang. Aku hanya berfikir apakah aku masih hidup?

“Jangan tinggalin aku lagi.” Ucapnya lembut. Aku mengenal suara itu. Tapi aku masih belum berhasil menata nafas dan degup jantungku. Aku membiarkan dia bicara.

“Jangan tinggalin aku, aku…. Aku…… aku mencintai kamu.” Dia bernafas lega. Aku tersadar siapa yang memelukku sekarang. Aku mundur beberapa langkah, dia melonggarkan pelukannya. Mataku terbelalak kembali. Dia ada di depanku sekarang ada di depanku. Dia…. Mr Radit. Dia ada di depanku sekarang. Dia tampak rapuh. Aku bisa melihat rasa ketakutan dimatanya. Tapi aku belum siap, aku belum siap untuk bertemu dia sekarang. Aku mundur dan berusaha berlari. Baru beberapa langkah dia menggenggam lenganku lagi.

“Please Chasandra don’t leave me again.” Ucapnya tegas tapi memohon. Entah mengapa aku mengalah dan tidak melanjutkan langkahku lagi. Kami terdiam di pinggir jalan, kita terdiam di tengah orang-orang lalu lalang melewati kita. Tanganku bergetar, udara dingin dan keadaan seperti ini membuatku tambah kelu.

“Why?” Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, aku merasa pipiku menghangat karena cairan yang keluar tanpa ku suruh.

“I don’t want to miss you again.” Jawabnya lemah. Aku melepaskan lenganku dari genggamannya.

“Why?” Aku hanya bisa mengatakan itu lagi. Aku sedikit marah.

“Because I love you.” Jawabnya. Darahku berdesir dadaku semakin bergemuruh. Marah senang dan sedih bercampur jadi satu. Aku merasa hangat mendengar kata-kata itu.

“Is it a love?” Tanyaku dengan nada sinis. Masih membelakanginya.

“You made me confuse, you made me sad, you made me fly without……” Kata – kataku terputus.

“You never gave me a chance when I wanted to say that I love you.” Dia langsung menyela perkataanku, dengan sedikit keras. Aku merasa kecil sekarang, jadi selama ini dia ingin mengatakannya tapi aku tidak pernah memberinya kesempatan. Apa benar seperti itu? Tapi apa maksud dia kencan dengan bu Nadia? Aku bingung aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku dan berlutut membelakanginya.

“Bayu cerita semuanya sama aku, tentang perasaan kamu dan tentang bu Nadia.

Aku memang sempat mencoba mengalihkan perasaanku dari kamu, karena aku

merasa kamu menghindariku aku mencoba menjalin hubungan dengan bu Nadia,

tapi tetap tidak bisa, semakin aku berusaha luapin kamu semakin aku sakit. Huh

dia tahu pesan itu.” Aku kaget mendengarnya. Tapi tetap bergeming. Aku merasa lututku membeku terbenam salju.

“Setelah aku membaca pesan dari kamu, aku tahu kalau kamu juga cinta sama

aku, dan itu alasan kenapa aku menyusul mu kesini, aku tidak ingin kehilangan

kamu lagi. Aku memang salah terlalu egois aku nggak pernah ngerti perasaan

kamu. Sekarang terserah kamu, yang jelas aku cinta kamu.”

Dia berhenti. Aku masih bergeming. Aku masih belum bisa menata hatiku sepenuhnya sebelah hatiku marah mendengarnya, dia ingin mengalihkan perasaannya? Tapi hatiku yang selama ini kosong merasa hangat mendengar ungkapan cinta darinya. Air mataku mengalir terus tanpa bisa dihentikan. Aku mendengar langkah menjauh. Apakah dia akan meninggalkanku lagi? Aku tersadar, kini aku tidak rela jika dia berusaha mengalihkan perasaannya ke orang lain lagi. Aku bangkit dengan rasa keram dilututku. Aku melihat sekeliling dan berbalik, tidak ada Mr Radit disini, kemana dia? Aku juga ingin mengatakan kalau aku juga mencintainya tapi dimana dia? Aku semakin rapuh apakah memang tidak ada kesempatan untuk kami berdua? Ini semua salahku, kenapa aku bergeming, kenapa aku tidak mendengarkannya dari tadi. Kakiku melemas lagi aku berbalik dan berjalan putus asa, tapi ada seseorang yang menarik lenganku seperti tadi, dan memelukku erat. Tanganku menggenggam. Dia memelukku erat, sangat erat.

“Aku nggak bisa ninggalin kamu.” Ucapnya sambil membelai rambutku. Mr Radit. Dia melonggarkan pelukannya. Aku menatapnya dengan senyuman samar, semua campur aduk semua ingin kuungkapkan padanya tapi aku tak sanggup, aku hanya bisa terisak dan sesenggukan seperti anak kecil yang berpisah dengan ibunya di tempat umum. Aku menangis kencang. Mr Radit memelukku kembali.

“Aku nggak mau… Aku nggak mau kamu ninggalin aku lagi.” Ucapku dalam tangis yang semakin tak bisa ku bendung.

“Aku cinta sama kamu..” Ucapku sesenggukan.

“ I’ll never leave you again, Chasandra. I promise” Ucapnya sambil memelukku. Tangisku mulai reda, hatiku merasa tenang sekarang. Radit melonggarkan pelukannya dan menghapus air mataku.

“I’ll never leave you, I promise.” Dia mengulang ucapannya, masih memegang wajahku dengan kedua tangannya. Aku menganggukkan kepala.

“I believe.” Ucapku. Dia kembali memelukku, aku bisa merasakan betapa dia takut kehilanganku. Dia tersenyum dan menggandeng tanganku. Aku tak tahu dia akan membawaku kemana? Ternyata dia mengajakku ke Tokyo Tower. Setelah membeli tiket, kita berdua menaiki elevator ke bagian observasi. Kita keluar dari elevator tambah dingin sekarang. Mungkin karena sekarang aku berada 250 meter di atas tanah. Ruang observasi cukup ramai kebanyakan pasangan remaja. Termasuk aku dan Radit Menara ini sangat tinggi, tingginya 333 meter dan beratnya sekitar 4000 ton. Menara ini adalah menara transmisi untuk 24 gelombang radio dan televisi. Tokyo terlihat kecil dari sini. Aku tersenyum lega sekarang. Desember aku merasakan dan mulai bertanya. Dan Desember aku merasakan dan mengetahui jawabannya. Radit merapatkan mantelnya ke tubuhku yang kurang dari bahunya. Aku merasa nyaman di dekatnya. Salju turun lagi

000ooo000

Aku semakin betah dan senang di Tokyo, semua temanku baik. Mereka semua ramah meskipun dari Negara yang berbeda. Selain itu Radit juga masih ada di sini, dia akan terus ada di sini sampai musim dingin ini berakhir.

1 komentar: